p1

Agar Hidup Lebih Rileks

TERKADANG, karena terlalu banyak pressure membuat hidup jadi tidak nyaman. Penuh ketegangan, stres dan depresi. Stop, jangan biarkan kondisi seperti itu berlarut-larut. Lakukan sesuatu agar hidup kembali smooth dan menggairahkan.

Valerie Wells, penulis buku Naturally Powerfull: 2000 Simple Action to Energize Body, Mind, Heart and Spirit menyodorkan sejumlah kiat untuk menyegarkan jiwa dan raga. Yang paling simpel, mungkin bisa spontan Anda praktikkan.

Cuci mata dengan warna-warna sejuk. Menurut Wells, warna biru dan hijau adalah warna sejuk. Warna ini sangat bagus dipandangi saat suasana hati sedang tidak karuan, karena warna ini bisa menghadirkan ketenangan.

Hentakkan kaki. Dengan menghentakkan kaki ke tanah beberapa kali, Anda dapat melepaskan ketegangan. Konon, cara ini setingkat lebih baik dibanding menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya seketika.

Memijat daun telinga. Dengan memijat-mijat telinga sendiri sama halnya dengan memijat seluruh bagian tubuh. Diungkapkan, di daun telinga terdapat ratusan titik refleks yang paling berhubungan dengan perasaan, termasuk stres. Dengan memijit-mijit daun telinga, organ tubuh yang lain menjadi rileks.

Istirahat di alam terbuka. Keluarlah ke halaman, pandangi rembulan atau lihat sunset, memandangi kuncup-kuncup bunga mawar atau air hujan. Semua ritual ini mampu menenangkan jiwa. Coba saja!

Read more
p1

Kata 'Bung'

Rebung (pohon bambu muda)
Siapa yang tidak mengenal kata 'Bung'. Ini lah panggilan para pemuda pada masa perjuangan dahulu, juga sebagai panggilan bagi para tokoh-tokoh Indonesia.

Sebenarnya berasal dari mana kata tersebut?

Kata 'bung' berasal dari kata 'Rebung' (pohon bambu muda). dalam filosofi jawa 'Rebung' diibaratkan tunas muda yang siap meneruskan bambu-bambu yang tua. Selain itu juga rebung yang pasti tumbuh di tengah-tengah pohon bambu tua, bermakna bahwa para pemuda-pemuda haruslah dibimbing dan dilindungi para tokoh tua sebelum siap meneruskan perjuangan. Inilah alasan mengapa menggunakan kata 'bung'.

Selain berasal dari filosofis jawa kata 'bung' juga berasal dari bahasa Bengkulu, yang artinya "kakak". Umumnya, digunakan sebagai panggilan untuk kakak laki-laki yang tertua dalam suatu keluarga.


Sejauh ini diketahui bahwa panggilan "Bung" ini sudah dipakai oleh para keluarga di Bengkulu sekitar tahun 1850, jauh sebelum panggilan ini meluas secara nasional. Sampai kini, panggilan ini masih berlanjut, di samping panggilan Donga atau Uda, yang mempunyai makna sama tapi bukan untuk kakak laki-laki tertua.


Rebung
Di samping itu, kata "Bung" digunakan oleh seorang istri untuk memanggil suaminya. Terutama, bila keluarga si istri tidak memiliki kakak laki-laki dalam keluarganya. Dari sinilah kata "Bung" meluas yakni ketika Ibu Fatmawati menikah dengan Ir. Soekarno. Maka, Ir. Soekarno dipanggil Fatmawati dengan panggilan "Bung Karno".


Namun, saya kata 'bung' sekarang mulailah luntur apalagi filosofi dari 'rebung' itu sendiri. Sejak Soeharto menjadi Presiden RI. Encyclopaedia Americana volume lama yang terbit tahun 1970-an, secara khusus menulis dalam bab tentang Soeharto, bahwa panggilan Bung, sejak Jenderal Soeharto menjadi Presiden RI, digantikan dengan panggilan Bapak. Dan, panggilan seperti itu tampaknya sesuai bagi masyarakat Indonesia yang paternalistik.

Read more